Minggu, 19 Desember 2010

Dear Ben ( part V )

Dear Ben....

Hari ini, aku tak enak badan. 

Rasanya ada sesuatu yg mengganduli sendi sendiku. Memaksaku lumpuh total.
Aku terkantuk kantuk mengurai kusutnya perasaanku.
Kau tahu Ben...... Aku mungkin JATUH CINTA LAGI....
.............HAhahahahahah.....kau tahu, akhirnya itu terjadi................
Dan ternyata, aku malah uring uringan.....
Tergugup gugup aku menadapati diriku sedang jatuh cinta.




Tahukah kau Ben...
Ada dua hal yang aku takutkan Ben..
Yang pertama... aku takut akan jatuh cinta, seperti aku mencintaimu... cinta yg jatuh menggelungsur tanpa sekat, redam dan titik. Cinta yang menjadi identitas membuta, tanpa menimbang akal dan rasionalitas... Jiwa yang seperti disulut bara.


Yang kedua... aku takut, saat cinta itu ku pelihara, ku jadikan manik hatiku, kujadikan pegangan jiwaku. Cinta itu akan berlari, meninggalkan aku, menjadikanku merana dan sakit jiwa. 

aahhh Ben...paradoks cinta yang tanpa sengaja kau benamkan dalam pemahamanku...


Tapi, di penghujung sore, aku menyadari sesuatu.
Saat itu aku duduk di teras samping, tempat kita biasa bermain kartu....
Aku lihat Kakek dan Nenek ku Ben,...
dalam rambut memutih, wajah letih digurat waktu dan segala cobaan.
memotong rumput dan menyiram kembang....
 serasi sekali Ben,....
Serasi dalam ketuaan mereka, serasi dalam kesulitan tertanggung yang mereka emban.
Dan aku mau jadi seperti mereka.

Tetap saling memiliki, saat batas waktu makin dekat.
Tetap saling menjaga, saat kekuatan tak lagi paripurna.
Tetap punya cinta dan rasa setia, sekalipun dunia penuh dengan bisa.
Maka kuputuskan... untuk membiarkan saja cinta ini punya rupa, cinta ini bercawan dalam hatiku.




Iya ben.. kuputuskan... aku terima cinta ini.. dalam hatiku....
Dan ingatkah kau pada potongan paragraf ku ini Ben


"sebuah nama... sebuah ujung....sebuah pertanyaan dan keinginan akan  kejelasan dan jawaban
dari berjuta legitimasi perasaan yang merajarela di batas pemikiran sang nabi.
aku ingin menjadi para sufi cinta yang suci dan berbakti pada asmara.
soal kesetiaan sang dewa dalam nama budaya dan tata
aku bukanlah anonim dan keragu raguan,
aku.....adalah keindahan duniawi yang menantikan janji surga dan rupa bidadari
dalam doa sang pendeta di tanah suci pengorbanan"






                                                  Setujukah kau Ben.....? ? ?

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. http://www.facebook.com/video/video.php?v=1475199014336

    BalasHapus
  3. Entah...

    Entah mengapa
    Aku tak berdaya
    Waktu kau bisikkan
    Jangan aku kau tinggalkan

    Tak tahu dimana
    Ada getar terasa
    Waktu kau katakan
    Ku butuh dekat denganmu

    Seperti biasa
    Aku diam tak bicara
    Hanya mampu pandangi
    Bibir tipismu yang menari

    Seperti biasa
    Aku tak sanggup berjanji
    Hanya mampu katakan
    Aku cinta kau saat ini

    Entah esok hari
    Entah lusa nanti
    Entah

    Sungguh mati betinaku
    Aku tak mampu beri sayang yang cantik
    Seperti kisah cinta di dalam komik

    Sungguh mati betinaku
    Buang saja angan angan itu
    Lalu cepat peluk aku

    Lanjutkan saja langkah kita
    Rasalah....
    Rasalah....
    Apa yang terasa

    BalasHapus