Sabtu, 18 Desember 2010

Dear Ben (part II )

Dear Ben

Sudah tiga hari kau hilang.

Aku tak bisa makan, minum atau tertidur. Aku menanggis sampai bodoh Ben.
Aku marah Ben. Marah pada segalany yang menjauhklan kita. Pada semua yang memisahkan kita. Pada keadaan, pada alam, pada langit dan pada tuhan.
Aku marah pada kepemngecutan mu Ben, yang seharusnya dengan gagah berani mengucapkan perpisahan.. ‘final goodbye’ kalau kata Rihanna.
Marah pada diriku, yang masih saja mencintaimu. Yang masih menangisimu setelah kau pergi dengan meninggalkan badai.

Aahhh… Ben….. sudah berhari hari kau pergi. Tapi aku masih gemetaran saat mendengar suara kendaraan lewat di depan rumah. Masih merasakan hati mencelos aneh saat memikirkan betapa tega kau.

Ben...
sama sekali, tak pernah aku mengira .. berujung seperti ini cerita kita.

tapi yang terpenting, aku sadar.. kepengecutanmu  telah menuntut aku untuk jd dewasa. Bahkan harus. Harga mati.


Rasa sakit yang paradoksal. Racun yg nyaris menyeret pada kematian, tapi akhirnya menjadikan aku lebih kuat.

2 komentar:

  1. Ahhhhhh.......
    semoga itu yg terbaik
    Tuhan sedang mempersiapkan sesuatu yg besar dan sepesial
    yakinlah itu
    .........
    perpisahan......adalah sebuah kepastian
    hanya masalah waktu saja
    kini atau nanti
    dan dua pilihan ada
    Kita yg ditinggalkan atau kita yg meninggalkan
    .......
    salam tetap bahagia

    BalasHapus
  2. tertinggal....pd saat ini rasanya tertinggal....bukan sekadar ditinggalkan.

    tp secara serta merta, realitas hilang...hahahaaaa..

    yah perubahan, semuany soal waktu saja.

    BalasHapus