Sabtu, 18 Desember 2010

Dear Ben ( part IV )

Ben, kekasih ku...

Sudah berapa lama aku tak mencium aroma tubuhmu?
Sudah berapa lama aku tak mengecup bibir penuh mu?
Sudah berapa lama aku tak bersandar manja, pada bahu bidangmu?
Sudah berapa lama pula aku tak marah pada ekspresi tak berdosamu?
Sudah berminggu minggu Ben..... tak terhitung detikan yg kuurai dalam ketiadaan atas kamu.
Tapi jika pertanyaannya, kuganti...
          "Sudah berapa lama, aku tak memikirkanmu?"
maka jawabannya...aku tak pernah, tak memikirkannmu....


Saat ini, sadarlah aku Ben, memikirkanmu...
menimbang segala tindakanmu.....segala perasaanku...
di hampir tiap saat yg aku jalani, adalah satu satunya jalan untuk tetap bernafas.
Untuk tidak bodoh dan berlari melompat kedalam jurang,
atau meneguk sebotol penuh pil tidur.


Memikirkanmu...menguatkan ku Ben,
Menjadikan aku jauh lebih tangguh...
Ah...tapi tatap saja, mengapa harus dengan cara seperti ini Ben?
Tak adakah cara lain yang lebih sederhana?
Tanpa harus membenamkan hatiku dalam racun dan bara api?




Ben....... dimana kau saat ini?
Apakah kau bahagia?
apakah aku pernah lupa ucapkan cinta, hingga kau lenyap dalam gulita?
Ahh....Ben, kekasihku.
Kita berada dalam labirin Gila, aku tak mungkin menemukan cintamu
Dan kau tak mungkin temukan keberanianmu.


Dan pagi ini, aku terbangun dengan separagraf kata kata yang mengambang, mungkinkah itu kesimpulannya Ben?

"aku melangkah pada jalan yang terbangun dari kekuatan mimpi dan harapan hati para pecinta yang dengan setia mendengarkan titah tuhan melalui sabda nabi.bukan jalan mulus tak bernoda yang dibangun oleh pendeta yang menjadikan jiwa manusia itu mainannya,yang pada lidahnya tidak hanya terucap doa tp juga mantra busuk penuh kutukan,pada punggungnya ada belati untuk menikam jiwa pemimpi dengan rasa iri dan kepengecutan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar